PENERAPAN METODE TSAQIFA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN KELAS X KECANTIKAN 2 SMK NEGERI 4 SURAKARTA

Setiyawan, S.Pd.I

aufaafra@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa materi QS. Ali Imran 190-191 dan Ali Imran ayat 159 kelas X Kecantikan 2 SMKN 4 Surakarta semester 1 tahun pelajaran 2022/2023. Jenis penilitian adalah Penelitian Tindakan Kelas metode kontekstual dua siklus. Sumber data  berupa daftar nilai, metode pengumpulan data menggunakan instrumen, dokumentasi, dan observasi. Tehnik analisis data deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukan (1) terdapat peningkatan sebesar 52,6% pada siswa lancar dan fasih membaca Al-Qur’an, dari 9 siswa, menjadi 19 siswa pada siklus 2. (2) peningkatan sebesar 62,5% pada siswa yang cukup lancar membaca Al-Qur’an, dari 16 siswa berkurang menjadi 6 siswa. Dan (3) peningkatan 93,3% diakhir siklus sedangkan pada siswa yang kurang lancar dalam membaca Al-Qur’an pada kondisi awal sebanyak 15 anak kondisi akhir hanya 1 siswa.

KATA KUNCI

Metode Tsaqifa,, Peningkatan Membaca Al-quran

  1. PENDAHULUAN

        Umat Islam di Indonesia adalah umat mayoritas tetapi dalam memahami Al-Qur’an kurang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan salah satunya belum bisa membaca Al-Qur’an. Sedangkan membaca Al-Qur’an merupakan pintu gerbang untuk mengerti dan memahami Al-Qur’an. Kenyataan ini terbukti masih adanya kaum muslimin tidak bisa membaca Al-Qur’an. Bagaimana bisa memahami dan mengamalkan Al-Qur’an ? sedangkan membaca Al-Qur’an saja belum bisa. Allah SWT menjamin siapa saja yang mau belajar membaca Al-Qur’an akan diberi kemudahan. Terutama di kalangan remaja sangat sedikit sekali tempat atau sarana untuk membantu mengatasi kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang notabene adalah orang dengan kelompok umur remaja akhir dan dewasa awal sesuai subjek penelitian ini yaitu siswa kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta

Penelitian terdahulu oleh Hamim Latifah pada siswa SMK Muhammadiyah Kajen kelas X menunjukan hasil adanya peningkatan membaca Al-Quran oleh peserta didik atau setidaknya sudah mucul motivasi untuk belajar membaca Al-Quran setelah menerapkan metode tsaqifa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hamim Latifah adalah pada subjek penelitian yakni siswa kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta Jurusan Kecantikan adalah kelas dengan kondisi siswa paling banyak belum bisa membaca Al-Quran jika dibandingkan dengan kelas yang lain di SMKN 4 Surakarta. Data tersebut diperoleh dari daftar nilai kemampuan membaca Al-Quran semester awal berdasarkan data dari guru serumpun atau guru MGMP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa materi QS. Ali Imran 190-191 dan Ali Imran ayat 159 kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta semester 1 tahun pelajaran 2021/2022 dengan metode tsaqifa dan menjawab pertanyaan efektifikas penggunaan metode tsaqifa terhadap peningkatan kemampuan membaca Al-Quran siswa SMKN 4 Surakarta. Tsaqifa adalah metode belajar membaca Al-Qur’an yang praktis dengan 5 X pertemuan (@ 1½ jam) saja, Insya Allah bisa membaca. Metode ini juga sistematis dan variatif, karena pada pola pembahasannya berkesinambungan dan bervariasi pengajarannya sehingga mudah dipelajari, menyenangkan dan tidak membebani. Pada akhirnya akan dapat ditentukan rumusan langkah aksi dan tindak lanjut untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam bagi siswa pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui penerapan metode Tsaqifa dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa materi QS. Ali Imran 190-191 dan Ali Imran ayat 159 kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta semester gasal tahun pelajaran 2021/2023. Oleh karena hal tersebut khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan selalu meningkatkan kreatifitas dalam mengajar dengan mempelajari dan menerapkan berbagai macam metode mengajar yang lebih mengaktifkan siswa yang disesuaikan dengan materi yang diberikan sehingga tidak terkesan pembelajaran yang monoton, membosankan dan tidak menyenangkan bagi siswa sebagai contohnya adalah penerapan metode tsaqifa ini untuk meningkatan kreatifitas dan motivasi membaca Al-Quran tertutama pada siswa SMK.

  • Kerangka Teori   

           Bahwa “Qur’an” menurut bahasa berarti “bacaan”, di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagaimana tersebut dalam ayat 17, 18 surat Al-Qiyamah (75).إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ {۱۷} فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ {۱۸} Artinya : “ Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya  (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu), jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”(Depag. RI, 2002 : 999). Kemudian dipakai kata “Qur’an” itu untuk Al-Qur’an yang dikenal sekarang ini.Adapun definisi Al-Qur’an ialah “Kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya ibadah (DEPAG RI,  2002 : 16). Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta.Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang mempercayai serta mengamalkannya. (DEPAG RI, 2002 : 121).

       Membaca Al-Qur’an ialah suatu usaha untuk mengucapkan huruf dan lafad.Al-Qur’an dengan tertib dan sistematis sesuai dengan makhroj. Sebagaimana firman Allah SWT.

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً {۴} Artinya  :  “Dan bacalah Al Qur’an dengan tartil”. (Qs. Al – Muzammil : 4)  (DEPAG RI,  2002 : 988). Membaca Al-Qur’an merupakan pengajaran pokok yang segera diajarkan kepada setiap umat Islam mulai dari mengenal huruf hijaiyah, membaca sampai penguasaan kaidah tata cara membacanya dengan ilmu tajwid. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arti membaca dari kata ﺃﺭﻗ mempunyai pengertian yang lebih umum (luas) dari pada arti membaca pada kata ﻼﺗ. Arti membaca pada kata ﺃﺭﻗtidak terbatas pada membaca yang tertulis (baik bersumber dari Allah maupun manusia ) tapi juga menyangkut ayat-ayat yang tidak tertulis yang disebut meneliti, menganalisa atau menelaah. Sedangkan arti membaca pada kata ﻼﺘ terbatas pada bacaan-bacaan yang suci dan pasti benar seperti bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Oleh karena itu adanya metode khusus dalam pembacaan Al-Quran ini diperlukan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang lebih bertambah keberkahan ilmunya.

       Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “Cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.” Ungkapan “paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan methode dengan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris (Ahmad Tafsir, 1997 : 7). Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan hasil eksperimen. Kita tahu, sesuatu konsep yang dieksperimenkan haruslah telah lulus uji temu, dengan kata lain suatu konsep yang telah diterima  secara teoritis yang boleh dieksperimenkan. TSAQIFA menurut bahasa berarti cerdik atau cerdas. Dan secara istilah berarti sebuah metode pembelajaran membaca Al-Qur’an yang dirancang secara khusus untuk orang dewasa (Umar Taqwim, 2004 : 07). Tsaqifa hadir sebagai metode alternatif bagi mereka yang menginginkan segera bisa baca Al-Qur’an akan tetapi tidak banyak mempunyai waktu serta kesempatan. TSAQIFA adalah metode belajar membaca Al-Qur’an praktis dengan 5X pertemuan (@ 1½ jam) saja.Metode ini juga sistematis dan variatif. Karena pada pola pembahasannya berkesinambungan dan bervariasi  pengajarannya, sehingga mudah di pelajari menyenangkan dan tidak membebani  (Umar Taqwin, 2004 : 7).

       Metode ini mudah, cepat, menyenangkan dan tidak membebani karena mempunyai beberapa karakter yang saling menunjang satu dengan lainnya, karakteristiknya adalah :

  1. Sistimatis

Pola yang digunakan dalam setiap pembahasan adalah pola tetap, berurutan dan berkesinambungan.

  • Fleksibel

Metode ini dapat diajarkan dengan system fardiyah (privat) ataupun jama’iyah (klasikal). Dan juga bisa diajarkan kepada semua kalangan orang tua maupun remaja (usia 10 tahun ke atas).

  • Praktis

Untuk dapat membaca Al-Qur’an dibutuhkan waktu singkat.

  • Variatif

Tiap pembahasan mempunyai metode pengajaran yang berbeda sehingga menarik tidak membosankan dan tidak membebani.

  • CBSA

Cara belajar siswa aktif.

Siswa SMK Negeri 4 Surakarta  khususnya siswa kelas kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta yang duduk pada semester gasal tahun Diklat 2021-2022 ternyata masih terdapat beberapa siswa yang belum dapat membaca Al-Qur’an yang kemampuannya heterogenitas, mulai dari yang belum hafal huruf hijaiyah, masih ada juga yang baru tahu hurufnya, ada yang kebingungan setelah huruf hijaiyah itu diberi harokat, dan ada yang belum lancar sekaligus belum fasih membacanya.

Dari kondisi tersebut penerapan metode tsaqifa pada siswa kelas kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta bervariatif sesuai dengan kondisi siswa sehinga penerapannya antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda, sehingga waktu maupun pertemuannyapun tidak sama, dengan harapan akhir setiap siswa dapat membaca Al-Qur’an, dan untuk kelancarannya serta kefasihannya dengan pembiasaan membaca dirumah dan tadarrus sebelum pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam, yang tidak hanya ketika pembahasan aspek Al-Qur’an saja namun setiap aspek yang ada dalam pendidikan agama Islam khususnya ayat-ayat yang menjadi dasar hukum dari aspek itu senantiasa dibaca sebelum pembahasan materi dimulai. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “ Melalui penerapan metode Tsaqifa dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa materi QS. Ali Imran 190-191 dan Ali Imran ayat 159 kelas kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta semester gasal tahun pelajaran 2021/2022”

  • Metode

Penelitihan ini dilakukan pada kelas X Keahlian Kecantikan SMK Negeri 4 Surakarta semester gasal tahun diklat 2021-2022 dengan pertimbangan:

  1. Dari hasil tes penjajakan awal masuk kelas untuk mata diklat Pendidikan Agama Islam diketahui terdapat beberapa siswa yang belum dapat membaca Al-Qur’an.
  2. Penulis memahami betul pada kelas tersebut karena mengampu mata diklat Pendidikan agama Islam di kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta.
  3. Apabila siswa tidak mampu membaca Al-Qur’an akan mengalami kesulitan dan ketika akan belajar dengan mata diklat Pendidikan Agama Islam secara psikologis akan mengalami minder dan akhirnya akan terhambat dalam memahami materi-materi setiap aspek dalam mata diklat pendidikan agama Islam terutama aspek Al quran.

Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan yang dimulai dari bulan Juli sampai Desember 2022. Adapun rincian kegiatan penelitian tersebut adalah: persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi), penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian, penempurnaan laporan berdasarkan maskan dalam seminar, serta pengadaan dan pengiriman laporan penelitian

Penelitihan ini dilakukan pada kelas X Kompetensi Keahlian Kecantikan  ( X KC 2) SMK Negeri 4 Surakarta semester gasal tahun diklat 2021-2022 dengan pertimbangan:

  1. Dari hasil tes penjajakan awal masuk kelas untuk mata diklat Pendidikan Agama Islam diketahui terdapat beberapa siswa yang belum dapat membaca Al-Qur’an.
    1. Penulis memahami betul pada kelas tersebut karena mengampu mata diklat Pendidikan agama Islam di kelas X KC 2.
    1. Apabila siswa tidak mampu membaca Al-Qur’an akan mengalami kesulitan dan ketika akan belajar dengan mata diklat Pendidikan Agama Islam secara psikologis akan mengalami minder dan akhirnya akan terhambat dalam memahami materi-materi setiap aspek dalam mata diklat pendidikan agama Islam terutama aspek Al quran.

Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan yang dimulai dari bulan Juli sampai Desember 2022. Adapun rincian kegiatan penelitian tersebut adalah: persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi), penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian, penempurnaan laporan berdasarkan maskan dalam seminar, serta pengadaan dan pengiriman laporan penelitian.

Yang dimaksud sumber data adalah subjek darimana data diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2002: 107). Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan siswa membaca Al-Qur’an. Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:

  1. Informan atau nara sumber yaitu guru dan siswa.
  2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dan aktivitas lain yang berkaitan.
  3. Dokumen atau arsip yang berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran dan buku penilaian.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi; pengamatan, wawancara, dan test penjajakan membaca Al-Qur’an.

1.     Observasi

Observasi dilakukan secara langsung terhadap subjek penelitian. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran membaca Al-Qur’an berlangsung untuk mengamati subjek penelitian atas perlakuan tindakan dengan metode Tsaqifa. Kesulitan-kesulitan dan keberhasilan siswa dan guru selama proses pembelajaran membaca Al-qur’an diamati dan dicatat secara cermat. Berdasarkan hasil pengamatan tentang kesulitan siswa, kemudian dibuat rencana pemecahannya pada siklus berikutnya.

2.     Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada kepala sekolah, guru, dan siswa untuk mengetahui secara mendalam persoalan-persoalan tentang pembelajaran membaca Al-Qur’an, khususnya tentang penerapan metode Tsaqifa dalam kegiatan belajar mengajar setiap hari di sekolah

3.     Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2002: 127).

Tes disini merupakan tes penampilan/praktik membaca Al-Qur’an satu persatu pada akhir tindakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an pada. Tes penampilan/praktik dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui perkembangan atau peningkatan kemampuan siswa setelah proses belajar mengajar membaca Al-Quran menggunakan metode Tsaqifa.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif.Untuk data kuantitatif, analisis yang dilakukan adalah dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes dari kondisi awal (pre tes), nilai tes setelah tindakan 1 (siklus 1) dan nilai tes setelah tindakan 2 (siklus 2), kemudian direfleksi.Dan untuk data kualitatif yang berasal dari pengamatan, maka analisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus yang telah dilaksanakan.Teknik analisis data dilakukan dengan kritis yang mencakup tentang kegiatan yang mampu mengungkapkan kelemahan dan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran Al-Qur’an, yang hasilnya untuk perbaikan perencanaan dan pelaksanaan tindakan berikut, di samping itu untuk membandingkan dengan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.

Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas XII BDP 2 dengan menerapkan metode Tsaqifa. Untuk itu, prosedur penelitian yang dinilai akurat dan memenuhi harapan menggunakan desain PTK Model model John Elliot, dengan empat langkah sebagai berikut (1) perencanaan, (2) implementasi/pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. Seperti tampak pada bagan berikut:

.

  • Hasil Penelitian

Telah disinggung pada uraian di depan bahwa pada kondisi awal, guru melaksanakan pembelajaran membaca Al-Qur’an pada kompetensi dasar “Melafalkan bacaan QS Ali Imran ayat 190 – 191 dan Ali Imran ayat 159 dengan fasih” guru belum menerapkan metode tsaqifa. Pembelajaran PAI pada materi membaca Al-Qur’an dilakukan dengan ceramah/penjelasan lisan dari guru. Setelah mendengarkan penjelasan, siswa melakukan kegiatan membaca Al-Quran pada bacaan QS Ali Imran ayat 190 – 191 dan Ali Imran ayat 159, ternyata dari 35 siswa hanya 9 siswa atau 22,5% siswa yang dapat membaca bacaan-bacaan tersebut dengan teknik yang benar dan mendapatkan predikat lancar dan fasih. Ini berarti sedikit siswa yang mampu membaca Al-Qur’an dengan teknik-teknik yang benar. Dalam proses pembelajaran tampak bahwa kreatifitas dan antusias siswa dalam belajar membaca Al-Qur’an rendah. Hal ini terlihat dari kurang aktifnya siswa dalam melakukan Latihan membaca Al-Qur’an, dari 35 siswa hanya beberapa siswa saja yang mau melakukan latihan-latihan sebelum diambil nilai oleh guru, padahal membaca Al-Qur’an dituntut perlu banyak latihan. Dengan dasar hal tersebut, maka peneliti diskusi dengan teman untuk mengetahui mengapa proses pembelajaran berlangsung seperti itu. Setelah berdiskusi, akhirnya ditemukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Siswa kurang merespon penjelasan guru mengenai hal-hal yang berkaitan dengan membaca Al-Qur’an.
    1. Karena kurang sungguh-sungguh dalam merespon penjelasan guru, akhirnya pada saat praktik masih banyak siswa yang melakukan kesalahan, artinya teknik-teknik mengenai membaca Al-Qur’an belum dipahami.
    1. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih sehingga ketika diambil nilai hasilnya tidak memuaskan
  1. Perencanaan Tindakan

            Kegiatan pendahuluan pada perencanaan ini adalah guru mengabsen kehadiran siswa, kegiatan selanjutnya guru menjelaskan topik yang akan dipelajari dalam pembelajaran, pengarahan teknis tentang membaca Al-Qur’an. Pada akhir kegiatan perencanaan, guru menjelaskan tentang proses pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode tsaqifa.

  • Pelakasanaan Tindakan

            Sebelum tindakan perbaikan di lakukan di dalam kelas, guru telah menerapkan metode tsaqifa ini juga diluar kelas, yaitu di mushola SMK Negeri 4 Surakarta. Pembelajaran membaca Al-Qur’an tidak hanya diajarkan oleh guru PAI namun juga oleh kolaborator atau siswa lain yang telah lancar membaca Al-Quran dan oleh guru dianggap mampu untuk melatih teman-temannya yang belum lancar dan fasih membaca Al-Qur’an..

            Pelaksanaan tindakan di kelas pada siklus 1 ini guru memberikan penjelasan tentang cara membaca Al-Qur’an dengan teknik yang benar, guru memberikan contoh membaca Al-Qur’an pada QS Ali Imran yang benar. Kemudian guru meminta beberapa siswa menirukan seperti yang telah dilakukan oleh guru.

            Kegiatan selanjutnya guru mengklarifikasi hasil membaca Al-Quran siswa, dengan cara menjelaskan hal-hal mana yang sudah benar dan bagian-bagian mana yang belum benar dan siswa lain mendengarkan dan memperhatikan, kemudian mencoba lagi membaca Al-Qur’an beberapa kali hingga tekniknya benar. Dalam kegiatan ini semua siswa memperoleh kesempatan berlatih membaca Al-Qur’an dengan tetap pada bimbingan guru dan kolaborator.

            Pada akhir kegiatan siklus 1 ini guru mengadakan evaluasi dengan cara meminta siswa membaca Al-Qur’an pada salah satu bacaan seperti QS Ali Imran ayat 190 – 191 dan Ali Imran ayat 159 untuk diambil nilainya, nilai diberikan dengan tiga kriteria lancar dan fasih, cukup lancar, dan kurang lancar.

  • Hasil Observasi

            Dari hasil pengamatan kolaborator dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode tsaqifa dapat mengaktifkan kegiatan belajar siswa yang semula hanya diam dan mendengarkan penjelasan dari guru, kini dengan metode tsaqifa, siswa menjadi aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran dengan cara berusaha membaca Al-Qur’an berulang-ulang dan dengan sungguh-sungguh. Metode tsaqifa juga dapat meningkatkan keberanian siswa untuk membaca Al-Qur’an, yang belum terbiasa menjadi biasa tanpa ragu dan malu-malu di depan teman-temannya. Pada kegiatan ini guru mengklarifikasi/menjelaskan mengenai benar atau tidaknya kegiatan yang dilakukan siswa dalam membaca Al-Qur’an. Pembelajaran PAI pada materi membaca Al-Qur’an pada siklus pertama ini masih terdapat cukup banyak anak yang belum sungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur’an. Pada siklus ini antar siswa dapat berdiskusi dengan baik bagaimana cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sehingga dapat dikatakan lancar membaca

Kegiatan refleksi yang dilakukan penulis adalah dengan membandingkan hasil kondisi pada siklus 1 dengan hasil pada tindakan perbaikan pada siklus 2. Hal yang dibandingkan adalah mengenai tindakan yang dilakukan, proses pembelajaran, dan hasil evaluasi. Hal-hal yang sudah tercapai dalam siklus 2 ini adalah

  1. Lebih dari 80% siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih.
    1. Guru mengkalifikasi, mengoreksi, dan memberikan penjelasan terhadap hasil membaca Al-Qu’ran siswa.
      1. Guru juga menuntun siswa yang belum dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar menjadi lancar.
      1. Peran guru tidak lagi menjadi sumber utama bagi siswa dalam belajar namun sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa, sebab siswa tidak hanya dapat belajar kepada guru namun juga belajar kepada sesama siswa yang telah lancar membaca Al-Qur’an.
      1. Guru memberikan penguatan, pujian, ataupun penghargaan kepada semua siswa naik yang telah lancar dan fasih, yang cukup lancar maupun yang belum lancar dalam membaca Al-Qura’n.
      1. Hasil tes praktik membaca Al-Qur’an pada siklus dua menunjukkan bahwa lebih dari 80% siswa telah lancar dan fasih membaca Al-Qur’an.
  2. Pembahasan

Pembahasan yang penulis lakukan adalah dengan cara membahas mengenai hasil tindakan pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Dibahas juga mengenai hasil evaluasi/tes praktik, hasil pengamatan dan hasil refleksi baik pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Seperti dalam uraian berikut.

  1. Proses Pembelajaran
    1. Kondisi awal

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Kompetensi dasar membaca Al-Qur’an pada bacaan QS Ali Imran ayat 190 – 191 dan Ali Imran ayat 159 dilakukan dengan ceramah dan sedikit latihan. Setelah dijelaskan siswa membaca Al-Qur’an seperti apa yang dikatakan guru. Setelah mencoba beberapa kali membaca, guru mengambil nilai dengan cara meminta siswa membaca Al-Qur’an di depan kelas. Setelah dianalisis, ternyata sedikit siswa yang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, benardan lancar. Dalam proses pembelajaran siswa tampak kurang aktif dan kurang semangat siswa dalam berlatih membaca Al-Qur’an, siswa merasa penjelasan guru kurang dapat dipahami karena dalam menjelaskan guru tidak memberikan contoh kongkrit bagaimana cara membaca Al-Qur’an, padahal pelajaran pada kompetensi ini  menghendaki siswa sesering mungkin berlatih membaca bacaan-bacaan yang diajarkan tersebut.

  • Siklus 1

            Pembelajaran membaca Al-Quran di kelas ini merupakan kelanjutan dari belajar di luar kelas. Dimana latihan membaca Al-Qur’an tidak hanya dilakukan di kelas tetapi juga di luar kelas yaitu di Mushola” SMK Negeri 4 Surakarta. Pengampunya juga bukan hanya guru PAI namun juga siswa lain (bisa dari kelas yang sama bisa dari kelas lain) yang dianggap telah mempu membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih. Setelah belajar bersama menggunakan metode tsaqifa di mushola beberapa hari, kemudian pada saat jam pelajaran PAI di kelas guru melakukan evaluasi dengan cara meminta siswa untuk membaca Al-Qur’an khususnya pada bacaan QS Ali Imran ayat 190 – 191 dan Ali Imran ayat 159.

            Di kelas, guru memberikan penjelasan mengenai teknik dan peraturan dalam membaca Al-Qur’an, guru memberikan contoh kongkrit cara membaca Al-Qur’an yang baik, benar, dan lancar. Kemudian guru meminta setiap siswa membaca Al-Qur’an di depan kelas hingga semua siswa mendapat kesempatan berdemonstrasi membaca Al-Qur’an. Guru mengklarifikasi hasil pekerjaan siswa dalam membaca Al-Qur’an, dan siswa lain memperhatikan dan mencoba melakukan secara bergantian hingga semua siswa dapat membaca Al-Qur’an.

  • Siklus 2

Sama seperti pada siklus pertama metode staqifa tidak hanya diterapkan di dalam kelas namun juga di luar kelas dan pengampu bisa para siswa yang telah lancar membaca Al-Quran, bisa teman sejawat/kolaborator, dan juga penulis sendiri selaku guru PAI. Setiap siswa melakukan demonstrasi membaca Al-Qur’an setelah melihat demonstrasi yang dilakukan guru, waktu yang diberikan untuk setiap siswa ±4-5 menit. Semua siswa berusaha dengan sungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur’an. Setiap siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan/kekurangan dalam membaca Al-Qur’an hingga dapat membaca dengan benar.

  • Refleksi

Metode tsaqifa yang diterapkan guru dalam pembelajaran PAI, khususnya pada kompetensi dasar “Melafalkan bacaan QS Ali Imran ayat 190 – 191 dan Ali Imran ayat 159  dengan fasih” dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan siswa kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta dalam membaca Al-Qur’an. Dengan metode ini semua siswa mendapat kesempatan, perhatian dan klarifikasi dari guru, semua siswa mendapatkan kesempatan melakukan percobaan untuk membaca Al-Qur’an. Metode tsaqifa dapat mengefektifkan proses pembelajaran siswa dan dapat meningkatkan keberanian siswa. Dengan mencoba satu persatu untuk membaca Al-Qur’an menyebabkan siswa tidak dapat bersenda gurau dalam belajar, namun harus sungguh-sungguh. Semua siswa harus selalu siap bila tiba saatnya mendapatkan kesempatan untuk membaca Al-Qur’an. Dengan metode tsaqifa siswa belajar membaca Al-Qur’antidak merasa tegang apalagi merasa tertekan, namun malah kelihatan senang belajar membaca Al-Qur’an. Dengan menerapkan metode tsaqifa dalam mengajar, dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an.

  • Hasil Evaluasi Belajar
    • Kondisi awal

Hasil tes praktik membaca Al-Qur’an pada kondisi awal sbb: terdapat 9 siswa atau 22,5% siswa yang dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih, 16 siswa atau 40% siswa yang dapat membaca Al-Qr’an dengan cukup lancar, dan 15 siswa atau 37,5% siswa yang kurang lancar dan fasih dalam membaca Al-Qur’an.

  • Siklus 1

Hasil tes praktik membaca Al-Qur’an pada siklus 1 sbb: terdapat 19 siswa atau 47,5% siswa yang telah dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih, 13 siswa atau 32,5% siswa yang dapat membaca Al-Qur’an dengan cukup lancar, dan 15 aiawa atau 37,5% siswa yang kurang lancar dan fasih dalam membaca Al-Qur’an.

  • Siklus 2.

Hasil tes praktik membaca Al-Quran pada siklus 2: terdapat 33 siswa atau 82,5% siswa yang telah dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih, 6 siswa atau 15% siswa yang dapat membaca Al-Qur’an dengan cukup lancar, dan 1 siswa atau 2,5% siswa yang kurang lancar dan fasih dalam membaca Al-Qur’an.

  • Perbandingan dari kondisi awal ke kondisi akhir (siklus 2)

Perbandingan nilai: Terdapat peningkatan sebesar 52,6% pada siswa yang lancar dan fasih membaca Al-Qur’an, dimana pada kondisi awal 9 hanya siswa menjadi 19 siswa pada kondisi siklus 2. Terdapat peningkatan sebesar 62,5% pada siswa yang cukup lancar dalam membaca Al-Qur’an, dimana pada kondisi awal ada 16 siswa pada kondisi akhir berkurang hingga menjadi 6 siswa. Dan terdapat peningkatan 93,3% pada siswa yang kurang lancar dalam membaca Al-Qur’an dimana pada kondisi awal terdapat 15 anak pada kondisi akhir menjadi 1 anak saja.

  • Kesimpulan

Dengan berdasarkan pada hipotesis dan melihat hasil pembahasan yang telah penulis lakukan, maka penelitian tindakan kelas ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

  1. Bahwa dengan menerapkan metode Tsaqifa dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran bagi siswa kelas X Kecantikan  SMK Negeri 4 Surakarta tahun 2021/2022, khususnya pada bacaan QS Ali Imran ayat 190 – 191 dan Ali Imran ayat 159.
    1. Kesimpulan ini dibuktikan dengan hasil pembahasan yang menunjukkan adanya kenaikan hasil evaluasi (tes praktik) membaca Al-Qur’an yang dilakukan siswa kelas X Kecantikan SMK Negeri 4 Surakarta setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode tsaqifa. Perbandingan nilai: Terdapat peningkatan sebesar 52,6% pada siswa yang lancar dan fasih membaca Al-Qur’an, dimana pada kondisi awal hanya 9 siswa, menjadi 19 siswa pada kondisi siklus 2. Terdapat peningkatan sebesar 62,5% pada siswa yang cukup lancar dalam membaca Al-Qur’an, dimana pada kondisi awal ada 16 siswa pada kondisi akhir berkurang hingga menjadi 6 siswa. Dan terdapat peningkatan  93,3% diakhir siklus sedangkan pada siswa yang kurang lancar dalam membaca Al-Qur’an dimana pada kondisi awal terdapat 15 anak pada kondisi akhir menjadi 1 siswa.

Referensi

Al Qur’an dan Terjemahannya. DEPAG RI, Semarang Toha Putra. 2002.

Iskandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Gaung Persada Pres. 2012

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : PT Rineka Cipta. 2013

DEPAG RI. Metode Membaca Al-Qur’an di Sekolah Umum. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 2002.

Khas’ad Humam. Buku IQRO’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an. Yogyakarta. 2000.

Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi Rah.a. Fadhilah Amal. Ash-Shaff. 2002.

Supandi. Ulumul Qur’an. Sukoharjo: Efude Press. 2014

Hamali, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara. Cet. Ke-14. 2012.

Umar Taqwim. Belajar Menulis Huruf Al-Qur’an Tsaqifa.Magelang. Yayasan Islam Adz-Dzikr. 2004.

Umar Taqwim. Pedoman Mengajar Metode Tsaqifa Sistem 5 X Pertemuan Bisa Baca. Magelang. Yayasan Islam Adz-Dzikr. 2004.

Umar Taqwim,  TSAQIFA Cara Cepat dan mudah”, belajar membaca Al Qur’an. Magelang. Yayasan Islam ADZ – DZIKR. 2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : CV. Alfabeta. Cet. Ke-26.2017

Asmani, Jamal Ma’mur. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Jogjakarta: Diva Press. 2011

Panduan Mentor TPA An-Nuur. Adab-Adab. Klaten. Sahabat.2004